Sebanyak 25 grup drum band mengikuti Festival Drum Band Asshofa se-sumatra, sabtu (31/5), dilingkungan Pendidikan Asshofa, Jalan Nangka Ujung. Festival dalam rangka milad yayasan ke-23 ini memperebutkan piala bergilir Wali kota Pekanbaru.
Sejak pagi hingga sore, tiap grup tampil bergantian. Lomba diikuti 12 grup junior tingkat SD, sembilan grup SMP dan empat TK. Ketua Umum Yayasan Asshofa, Syafwi Khalil, menjelaskan, festival ini perdana digelar di Sumatera. Festival serupa belum pernah dilaksanakan, sebelumnya hanya tingkat Riau saja.
“Kita gelar se-Sumatera melihat minat di propinsi beberapa lalu tinggi,”kata Pak Syafwi kepada Tribun,Sabtu(31/5).
Mendatangkan juri nasional, seperti Sehat kurniawan, Iwan, Apri priyono, drum band, ujar Pak syafwi, diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar anak didik. Alasannya, drum band bukan saja festival musik menggunakan peralatan khusus, namun lebih dari itu.
Proses dilalui setiap anggota drum band bertujuan melatih kecerdasan musik, kinestetik dan emosional mereka.
“Kalau orang melihat, mungkin biasa saja. Tapi drum band ini bisa memotivasi anak-anak. Mereka diajarkan kesabaran karena harus berlatih berminggu-minggu. Ini juga akan menjadi sejarah hidup mereka sehingga mampu memotivasi setiap kegiatan agar selalu berprestasi,”katanya.
Tampil secara bergantian, tiap tim harus memanfaatkan lapangan di SD Asshofa sebagai lokasi tanding. Mereka diberi kesempatan 12 menit menampilkan aksi terbaik. Meskipun lagu dibawakan bebas, tidak jarang tim drum band membawakan irama-irama lagu populer.
Diantaranya Bukan Superman, hingga Kereta Malam yang populer lewat acara hiburan televisi swasta. Direktur Pendidikan Asshofa, Buk Ernawati menjelaskan, festival ini berupaya menghidupkan drum band di tiap sekolah.
Kegiatan ini, tuturnya, mampu memandirikan anak didik. Selagi didukung orang tua, drum band mengajarkan karakter kepada anak-anak. Buk Ernawati menjelaskan, drum band bukan sebatas seni. Latihan mereka jalani mengajarkan banyak hal, selain keterampilan bermusik.
Drum band, jelasnya, beranggotakan puluhan siswa mengajarkan anak didik bekerja berkelompok. Mereka juga harus menghargai tepat waktu. Kategori TK, lanjut Buk Erna, juga pertama kali digelar.
Tujuannya, mewadahi TK yang rutin berlatih namun tidak memiliki media lomba. Biasanya drum band tingkat TK sebatas mengiringi parade khatam bila ada yang lulus.
“Untuk TK, drum band itu banyak tapi jarang ikut lomba. Mereka sebatas parade sehingga sayang bila tidak dilombakan. Makanya kita putuskan tahun ini gelar untuk tingkat TK,”katanya.
Bila SD dan SMP memperebutkan piala wali kota pekanbaru, kelompok TK justru memperebutkan piala produser Film 12 Menit. Film ini merupakan film dokumenter tentang aktivitas belakang layar grup band daerah. Film ini menggambarkan perjuangan dilakukan anggota drum band untuk tampil 12 menit.
“Kebetulan beberapa waktu lalu ada dukungan dari produser 12 menit dan menyediakan piala untuk kategori TK,”katanya.
Saat milad beberapa waktu, anggota drum band Asshofa sempat nonton bersama 12 menit. Film ini, ujar Buk erna, mampu menyemangati siswa tampil. Ketika berlatih, mereka lebih serius dan bersemangat. Film ini bahkan pernah diputar pelajar SD, SMP dan SMA.
“Film ini mengisahkan semangat anggota drum band berlatih dan bersatu meskipun mereka berasal dari kalangan berbeda. Setelah nonton 12 menit, siswa justru lebih semangat berlatih,”katanya.
Staf Ahli Bidang Pemerintahan Pemko Pekanbaru, Arifin, mewakili wali kota pekanbaru, menuturkan apa dilakukan Asshofa sangat bagus. Festival drum band ini perlu diagendakan secara secara rutin. Apalagi antusias peserta tergolong tinggi.
“Ini acaranya se Sumatera. Perlu diagendakan sehingga bisa menjadi barometer drum band se sumatera. Sekolah lain juga kita dorong agar berani membuat kegiatan serupa sebagai wadah perkenalan dan berbagi ilmu antar siswa.”katanya. (sumber:tribun pekanbaru)